Apa sih, demo itu? Menurut Wikipedia
bahasa Indonesia, demonstrasi/unjuk rasa adalah sebuah gerakan protes yang
dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk
menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang
dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya
penekanan secara politik oleh kepentinga kelompok.
Sedangkan menurut KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia), demonstrasi berarti pernyataan protes yang dikemukakan
secara massal. Jadi, kalau disimpulkan demo itu berarti sekumpulan orang yang protes
di muka umum agar supaya apa yang mereka lakukan dilihat banyak orang dan
diapresiasi oleh mereka.
Is that so??
Jujur
saja, postingan saya kali ini terinspirasi oleh kekesalan saya terhadap
sekumpulan mahasiswa yang melakukan demo yang menuntut revolusi di depan kantor
DPRD kota Makassar di jalan poros A.P. Pettarani, jalan yang setiap hari saya
lalui pulang dan pergi ke sekolah. Demo pada hari itu membuat saya sangat
kesal, kenapa? Mereka membuat jalanan macet parah dan membakar banyak ban bekas
disaat cuaca di kota Makassar sangat panas! Makin kesal lagi ketika melihat ban
bekas yang dibakar itu membuat tanaman di sekitarnya berubah warna menjadi
kehitaman karena asap pembakarannya yang hitam mengepul itu.
Demonstrasi hampir selalu
diwarnai dengan kericuhan. Dan menurut saya, menutup jalan dan membakar ban
bekas termasuk kericuhan. Nah loh? Iya lah, soalnya pengguna jalan pun menjadi
kesal dan memaki-maki para demonstran. Itu termasuk ricuh, loh :p Oke, oke back
to the topic. Kericuhan saat dilakukannya demonstrasi disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain:
Coba
lihat, demonstran selalu berteriak menggunakan toa (semacam pengeras suara) saat
mengeluarkan aspirasi mereka. Tahu kenapa? Itu supaya aspirasi mereka di dengar
dan para pendengar aspirasi itu harus menyetujuinya. Yang kedua, mereka
berpikir bahwa apa yang mereka lakukan telah mewakili suara hati
rakyat/kelompok yang ia bela. Padahal? Absolutely, not!! Kesimpulannya,
para demonstran itu memaksakan pendapat untuk disetujui. Kalau nggak? Endingnya ricuh.
2.
Cuaca panas dan sesak yang
menyulut emosi demonstran.
Setuju
gak sih, kalo cuaca panas trus desak-desakan ditambah lagi dengan lapar yang melanda
itu bawaannya emosi mulu? Nah sama kayak para demonstran ini. Bukan para
demonstran aja sih ya, polisi yang mengamankan juga pasti ngerasa gitu jadinya
deh kericuhan tak dapat terhindarkan lagi.
3.
Kericuhan sudah
direncanakan sejak awal.
Sebelum
berdemo, kericuhan ini sudah direncanakan oleh para demonstran. Alasan yang
satu ini menurutku childish banget. Apalagi mengingat para demonstran
yang biasanya mahasiswa atau para buruh yang pasti bisa bersikap dewasa.
Nah,
yang diatas itu baru saja penyebab kericuhan pada aksi demonstrasi. Lalu, apa
akibatnya?
1. Penutupan jalan yang mengakibatkan kemacetan.
Yang
ini paling menjengkelkan. Apalagi kalau cuaca panas, waduh rasanya ingin
melempari para demonstran itu dengan batu kerikil! Haha, bercanda. Para demonstran
biasa menutup jalan dimana mereka berorasi yang mengakibatkan pengalihan kendaraan
dan of course, kemacetan tidak dapat dihindari.
3. Ada pihak yang dirugikan.
Ini
tidak menjengkelkan menurut saya, tapi tergolong lucu. Terutama ketika para
demonstran lapar dan menyerang restoran cepat saji dan meminta makanan. Setelah
mereka mendapatkan makanan, mereka kembali berdemonstrasi. Dan restoran cepat
saji itu pasti menderita kerugian yang sangat besar.
Nah, kesimpulan dari postingan
saya kali ini adalah jika anda hendak berdemonstrasi, silakan saja. Asal jangan
sampai bertindak anarkis hingga menyebabkan orang lain merasa dirugikan.
Berdemonstrasi lah dengan baik, jangan gampang tersulut emosi. Over all,
thanks for reading. Semoga postingan ini bermanfaat, ya :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar