Sudah
14 bulan lebih aku dan kamu saling berpegangan tangan. Kamu, lelaki pertama selain
ayahku yang menggenggam tanganku dan merengkuhku kedalam pelukmu. Lelaki
pertama yang mencium puncak kepalaku sebagai salam perpisahan.
Hari itu, kita
kembali berpegangan tangan. Kamu meraih tanganku dan memautkan sela-sela jemari
kita satu sama lain. Membiarkan telapak tanganku merasakan betapa hangatnya
tangan besarmu itu. Tanpa memecah keheningan diantara kita, kamu berhasil membuatku
tersenyum manis karena kelakuanmu itu.
Hari itu, tanpa
memerdulikan lirikan orang-orang, kamu langsung menarik tanganku dan memelukku
ditengah keramaian malam hari. Samar-samar, aku mendengar debaran jantungmu
yang tidak karu-karuan layaknya kapal yang diterpa ombak. Kamu membisikkan
sesuatu yang membuat hatiku seolah meledak, dan kembali tersenyum manis. “Aku
akan mencintai kamu, selama kamu juga mencintai aku.”.
Hari itu,
darahku seolah membeku sesaat. Setelah turun dari sepeda motor yang kamu
gunakan untuk mengantarkanku pulang ke rumah, kamu mengisyaratkanku untuk
mendekat. Kamu mencium puncak kepalaku yang diiringi dengan getaran hebat dalam
hatiku.