Rabu, 09 Oktober 2013

That day, Today.

          Sudah 14 bulan lebih aku dan kamu saling berpegangan tangan. Kamu, lelaki pertama selain ayahku yang menggenggam tanganku dan merengkuhku kedalam pelukmu. Lelaki pertama yang mencium puncak kepalaku sebagai salam perpisahan.
Hari itu, kita kembali berpegangan tangan. Kamu meraih tanganku dan memautkan sela-sela jemari kita satu sama lain. Membiarkan telapak tanganku merasakan betapa hangatnya tangan besarmu itu. Tanpa memecah keheningan diantara kita, kamu berhasil membuatku tersenyum manis karena kelakuanmu itu.
Hari itu, tanpa memerdulikan lirikan orang-orang, kamu langsung menarik tanganku dan memelukku ditengah keramaian malam hari. Samar-samar, aku mendengar debaran jantungmu yang tidak karu-karuan layaknya kapal yang diterpa ombak. Kamu membisikkan sesuatu yang membuat hatiku seolah meledak, dan kembali tersenyum manis. “Aku akan mencintai kamu, selama kamu juga mencintai aku.”.
Hari itu, darahku seolah membeku sesaat. Setelah turun dari sepeda motor yang kamu gunakan untuk mengantarkanku pulang ke rumah, kamu mengisyaratkanku untuk mendekat. Kamu mencium puncak kepalaku yang diiringi dengan getaran hebat dalam hatiku.

Hari ini, tanganmu tetap menggenggam erat tanganku, tetapi tidak sehangat seperti pertama kali kamu menggenggam tanganku. Kamu membiarkanku mendengarkan debaran jantungmu lagi. Masih sama, tidak beraturan. Hanya saja aku tidak menemukan kehangatan dalam pelukmu itu.
Hari ini, kamu mencium puncak kepalaku lagi, sebelum kamu pergi meninggalkanku. “Kamu boleh berhenti mencintaiku mulai detik ini, karena aku tidak mencintaimu seperti dulu lagi.”.
Meninggalkanku yang terpaku menatap punggungmu yang semakin lama semakin menjauh dan semakin mengecil…
Meninggalkan mataku yang sudah terlalu kabur untuk melihat lantaran menahan air mata…
Meninggalkan hatiku yang kembali tergoreskan luka cinta…
Meninggalkan semua janji-janjimu kepadaku yang belum sempat kamu pertanggungjawabkan…

2 komentar: